Segalanya milik Tuhan

Di atas muka bumi segalanya adalah milik Tuhan. Tapi, bukan berarti kita bisa berbuat sewenang-wenang atas nama Tuhan. Kadang-kadang masih ada orang berfikir seperti itu. Seorang Sufi, Jalaluddin Rumi (w. 672/1273) menggambarkan bahayanya cara bertuhan dengan pandangan “di muka bumi ini segalanya milik Tuhan, apapun boleh.” Bahaya sikap ini dikisahkan oleh Rumi dalam kisah pencuri yang masuk ke sebuah kebun dan mencuri beberapa buah Aprikot. Sang pemilik tiba-tiba masuk kebunnya dan memergoki sang pencuri.
“Hei, kamu pencuri! Kamu berani-beraninya mencuri. Apa kamu tidak takut kepada Tuhan?” Tanya sang pemilik kebun.
“Kenapa harus takut?” jawab lelaki itu. “Pohon ini milik Tuhan, buah Aprikot ini milik Tuhan dan aku adalah hamba Tuhan. Hamba Tuhan hidup di bumi Tuhan, ya pasti makan barang milik Tuhan. Siapa yang melarang?”
Pemilik kebun berfikir sebentar kemudian menangkapnya. Ia memerintahkan anak buahnya mengambil tambang dan tongkat, dan mengikat pencuri itu di sebuah pohon.
“Inilah jawabanku!” kata si pemilik kebun dan dia mulai memukuli si pencuri. Lelaki itu tentu kesakitan. Ia berteriak-teriak dan bertanya:
“Hei, engkau memukuliku. Apakah tidak takut kepada Tuhan?”
“Mengapa harus takut?” Jawab pemilik kebun kecut. “Ini pohon milik Tuhan, ini tambang Tuhan, ini tongkat Tuhan, kamu hamba Tuhan. Jadi, aku memukul hamba Tuhan dengan tongkat Tuhan.”
Si pencuri tidak ngomong lagi. Ia berteriak-teriak kesakitan dan sang pemilik kebun tidak memperdulikannya.[]

(Disadur dari Javad Nurbakhsh, 2002: 2)

2 thoughts on “Segalanya milik Tuhan

Leave a comment