Apakah Tuhanmu Sudah Ridha dengan Caramu Memperlakukan-Nya?

“Cinta” Indonesia.
“Love” Inggris
“Mahabbah” Arab
sama saja…

“Allah” Islam dan Kristen.
“Namus” Yahudi
“Tuhan” Indonesia keseluruhan (mungkin)
“God” Eropa keseluruhan (mungkin)
sama aja…

penyebutannya saja yang beda.

Menurutku, intinya bukan dibahasanya, tapi bagaimana cara kita memaknainya secara mendalam sehingga memiliki dampak pada kehidupan kita. Cinta, misalnya, bukan terletak pada bagaimana kita mengatakan “aku mencintaimu” tapi lebih kepada bagaimana kita mencintainya. Makanya, tak ada orang yang menggugat tentang bahasa cinta. Orang inggris, umpanya, tak perlu memaksa orang arab agar memakai kalimat “i love you” dalam mengungkapkan perasaannya. nah, yang patut dipermasalahkan adalah penghianatan cinta, baik berupa kebohongan, perselingkuhan atau yang lain. karena dari semua negri yang berbeda bahasa itu melaknat penghianat cinta. itulah uniknya cinta, bungkusnya aja yang beda tapi isinya sama.

Bukan dalam konteks itu aja. Luapan-luapan perasaannya pun setiap orang tidak sama. Ada yang memberikan cincin, bunga, atau bahkan pisau (di madura). Orang yang mengekspresikan cinta dengan memakai bunga sebagai simbol kasih sayang tak perlu menyalahkan mereka yang memberikan pisau walau mengerikan. Karena cincin, bunga, atau pisau hanyalah media untuk menyampaikan perasaan. Inti dari cinta bukan pada medianya melainkan pada kemampuan untuk membahagiakan kekasihnya, bagaimana pun caranya. Media hanyalah budaya.

Begitu juga Allah, Tuhan, Namus, dll. Disebutkan dengan berbagai bahasa apa pun Allah tetaplah Tuhan yang sering disebut Allahu akbar yang la ma’buda ilallah itu, bukan yang lain. Karena Akbarnya Allah itu melebihi dari bahasa, alam dan seisinya. Jadi, sebagaimana cinta, Tuhan itu tidak terletak pada penyebutannya melainkan diposisikan sebagai apakah Tuhan itu dalam kehidupan manusia ini.

Ibadah, shalat, sembahyang, dan lain sebagainya adalah cincin, bunga, atau pisau dalam ekspresi cinta. Yang Kristen tak perlu menyalahkan shalatnya orang Islam begitu juga orang Islam tak perlu menyalahkan sembahyangnya orang Kristen. Kunci pokok dalam berTuhan adalah ketundukan secara totalitas kepadaNya sehingga merasakan kedamian dan mampu mendamaikan (amal shalih), bukan berperang atau saling serang. Pertanyannya kemudian, apakah Tuhanmu sudah ridho dengan caramu memperlakukanNya saat ini…??? Jangan-jangan selama ini kita ke-GR-an merasa paling layak diridhoi oleh Tuhan. padahal TUHAN MENOLAK CINTA KITA…. (Abdul Muiz Ghazali, sebuah kesimpulan sementara dari kitab “Iyqadzul Himam fi Syarhil Hikam). TAREKAT FISBUKIYAH: http://www.facebook.com/home.php?sk=group_137271403011556&ap=1

3 thoughts on “Apakah Tuhanmu Sudah Ridha dengan Caramu Memperlakukan-Nya?

  1. astryo

    Salam kenal,
    Saya suka tulisan bapak, saya suka kedamaian, tidak peduli dari agama apa, kedamaian harus dijunjung tinggi.

  2. Faisal_jaya

    Mencari Redha allah buat saya adalah …”jangan perhitungan”…ikhlas..(mudah diucapkan tapi sulit dalam penerapan) beramal tanpa harus itung-itungan …bakal dapat ganjaran 10…100..1000…. 1 juta kalilipat. Dalam ber doa juga kayaknya juga perlu di revisi habis-habisan…..ganti permintaan kita yg bejibun itu dgn “CUKUPLAH ALLAH BUAT SAYA”.,..karena ALLAH yang paling tahu apa yg terbaik buat kita….Karena ALLAH Maha Gagah lagi Maha Bijaksana…

Leave a comment