Sosiologis Historis Kerudung Indonesia

Oleh Moeflich Hasbullah

a

Sejak masuknya Islam sekitar 1300 tahun yang lalu ke Nusantara, kerudung sebagai busana Muslimah yang kini menjadi pemandangan sehari-hari adalah fenomena baru di Indonesia. Busana Muslimah sebagai sebuah gejala kelompok atau gerakan sosial keagamaan baru muncul pada tahun 1980an. Sebelumnya, Muslim perempuan Indonesia hanya mengenal “kerudung kapstok” yaitu busana muslimah tradisional yang populer dipakai di kalangan pesantren, madrasah, majlis taklim dan organisasi-organisasi Islam. Hingga tahun 2011, sosok busana Muslimah Indonesia mengalami beberapa perkembangan yang menarik untuk dicermati dari aspek model, bentuk dan fungsinya.

Kerudung Kapstok
Hingga akhir tahun 1970an, model busana Muslimah Indonesia adalah kerudung kapstok yang hanya cukup mengait di kepala, bahannya kain tipis sementara sebagian rambut, leher dan bagian atas dada terbuka. Pakaian kebawahnya adalah kebaya dan pemakainya adalah ibu-ibu. Model kapstok ini khas pakaian para perempuan di lingkungan pendidikan dan organisasi Islam seperti pesantren, madrasah, majlis-majils taklim dan ormas-ormas Islam perempuan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Al-Isryad, Persatuan Islam dan lain-lain.

Kerudung Ideologis
Memasuki tahun 1980an, wajah busana perempuan Muslim berubah total. Busana Muslimah mengalami perubahan bentuk dan model. Perintisnya adalah para perempuan aktivis Islam di perkotaan, mahasiswi dan para pelajar. Cukup mengejutkan, secara tiba-tiba, di awal tahun 1980an, berbagai kelompok perempuan pelajar dan mahasiswa di perkotaan mengenakan busana Muslimah dengan kerudung yang tertutup rapi dengan rambut sama sekali tidak kelihatan. Lebih dari itu, generasi baru ini bangga menenteng Al-Qur’an di bis kota, di sekolah dan kampus-kampus, di mall-mall, bioskop dan tempat hiburan dan tempat-tempat umum lainnya. Bila sebelumnya pakaian kerudung identik dengan tradisionalisme, kultur desa dan santri yang terbelakang, tetapi pada tahun 1980an pemakainya adalah para pelajar dan mahasiswa dan berbaur akrab memenuhi simbol-simbol modernitas: mall-mall, departemen store dan bioskop. Darimana datangnya “spesies baru” ini?

Revolusi Islam Iran tahun 1979 adalah pemicunya. Sejak itulah booming busana Muslimah meledak di Indonesia. Revolusi Iran berdampak sangat kuat terhadap kalangan terpelajar Islam di perkotaan. Umat Islam selama ini merasakan bahwa mereka berada dalam hegemoni (dominasi politik dan kebudayaan) Barat. Kebangkitan Islam dan suksesnya revolusi Islam Iran, menjadi pendorong psikologis yang besar yaitu terbentuknya harga diri, rasa hormat, kebanggaan dan identitas baru. Para perempuan Muslim di Indonesia dan Malaysia, terutama para mahasiswa aktifis kampus seperti dikejutkan dan disadarkan oleh wanita-wanita Iran. Betapa membanggakannya wajah-wajah perempuan Iran yang cantik-cantik tapi membungkus tubuhnya dengan busana Muslimah yang tertutup rapat, tetapi menenteng senjata dan berhasil mengusir dominasi dan pengaruh Amerika Serikat dari negaranya. Jilbab atau busana Muslimah di Barat dipandang sebagai simbol represi, ketertinggalan dan konservatisme kaum perempuan, tetapi jutaan wanita Iran mengenakannya dengan penuh kebanggaan. Setelah revolusi, penampilan para wanita Iran secara terus-menerus di shoot media Barat dan ini memberikan dampak yang sangat besar dalam revolusi busana Muslimah.

Revolusi Islam Iran menjadi suntikan kuat bagi peneguhan harga diri, percaya diri dan identitas baru perempuan Islam Indonesia. Pasca revolusi, gambar-gambar perempuan Iran yang berkerudung cantik-cantik menghipnotis kaum perempuan dan para pelajar Islam Indonesia. Revolusi Islam Iran menjadi fasilitator munculnya model kerudung baru yang lebih sesuai dengan syariat Islam. Berawal dari masjid Salman ITB kemudian semarak di kalangan pelajar, mahasiswa dan aktifis Islam di Bandung dan kemudian melalui jaringan masjid kampus menyebar ke berbagai kota seluruh Indonesia tahun 1990an. Ada empat hal yang melekat dengan model busana Muslimah sebagai ciri khas era ini: Pertama, pemakaiannya memenuhi kriteria norma Islam. Kedua, pemakaiannya didasari kesadaran beragama. Mereka yang tergerak hatinya memakai busana Muslimah pada tahun-tahun tersebut karena didorong oleh kesadaran beragama yaitu perasaan ingin lebih shaleh dan beragama secara benar. Islamisasi busana sangat ekstensif pada periode itu dalam konteks era kebangkitan Islam di Indonesia. Ketiga, kemunculannya merupakan gelombang perlawanan kultural terhadap hegemoni asing, dan dengan demikian, keempat, bersifat ideologis.

Kerudung Kelas Menengah
Memasuki tahun 1990an fenomena busana Muslimah menyebar semakin luas lagi. Pada periode ini, busana Muslimah masuk ke berbagai kelompok politik, pengusaha, artis selebritis, seniman, kantor-kantor pemerintah dan swasta, lembaga politik, kaum profesional dan lainnya. Pada periode ini, busana Muslimah menjadi identitas kelas menengah, sebuah kelas sosial yang mengalami kemakmuran ekonomi. Bila tahun 1970an, pemakai busana kerudung adalah ibu-ibu pengajian di desa-desa, pesantren dan sangat bernuansa tradisional, tahun 1990an kita menyaksikan kerudung dipakai oleh perempuan berkelas dengan mengendarai mobil mewah, dipakai oleh pengusaha, artis selebritis, pejabat negara, kaum profesional, aktifis sosial politik dan seterusnya. Pada dekade ini pula para perintis parancang busana Muslimah berkelas bermunculan seperti Anne Rufaidah, Ida Royani, Ida Leman, Dewi Motik Pramono, Neno Warisman dan lain-lain. Butik-butik mahal pun mulai menjamur seperti Shafira di Bandung dan Yayasan Karima di Jakarta dengan harga ratusan hingga jutaan rupiah. Mereka ini membentuk lingkungan simbolik baru sebagai kelas menengah Muslim. Tahun 1990an, Islam mengalami mobilisasi citra dari tradisional desawi ke modern perkotaan. Yang khas dari kelompok ini, berkerudung sebagai ekspresi keagamaan tapi modis dengan model-model yang trendi mengikuti perkembangan fashion.

Kerudung Gaul
Dekade tahun 2000an, pemakaian busana kerudung hampir merata di seluruh Indonesia. Belakangan ini, sangat mudah menemukan perempuan berkerudung di berbagai tempat umum. Semudah melihat mobil, kerudung pun ada dimana-mana. Perempuan berkerudung mudah ditemukan di stasiun, terminal, bioskop, tempat hiburan, lapangan olah raga, mall-mall, lembaga politik, kampus, tempat kerja, kantor-kantor, kelompok arisan, pasar dan bahkan –ini yang paling menarik– di kolam renang. Sebuah pemandangan sosial yang tidak terbayangkan pada tahun 1980an. Bila periode 1980an adalah periode perintisan, periode 1990an adalah periode peneguhan dan perluasan, maka periode 2000 kesini adalah periode kultural. Pasca tahun 2000, kerudung sudah menjadi kultur masyarakat Muslim Indonesia.

Konsukuensinya, ketika sebuah fenomena berubah menjadi tradisi atau kultur, lunturlah nilai dan esensinya yang sebelumnya melekat menafasi konteks kemunculan gejala tersebut. Dalam kultur, orang melakukan sesuatu karena lingkungan, kebiasaan dan tren sosial. Ketika kerudung menjadi kultur yang ditampilkan mayoritas masyarakat, ciri semangat keagamaan yang sebelumnya mengikat kelompok menjadi pudar. Motivasi agama bercampur dengan motivasi lingkungan dalam masyarakat. Di sisi lain, tren globalisasi menelikung kuat seluruh lapisan masyarakat. Sebagai lapisan usia yang sedang mencari identitas, remaja adalah kelompok yang paling mudah terpengaruh tren tersebut tak terkecuali remaja-remaja Muslim yang hidup dalam lingkungan nilai-nilai keislaman. Dari lapisan sosial remaja inilah muncul sebuah tren baru gaya berkerudung yang sangat khas dan tidak ada presedennya: kerudung gaul!!

Kerudung gaul adalah model yang mengawinkan dua gejala: keagamaan di satu sisi dan tren sosial global di sisi lain. Sebagai perempuan Islam, mereka ingin memakai busana Muslimah di satu sisi, tetapi ingin tampil seksi dan menarik di sisi lain. “Seksi” dan “menarik” ini adalah pengaruh kultur Barat, konteksnya adalah pameran diri (show-off, exhibitionism) untuk konsumsi publik laki-laki dan pasar ekonomi. Dalam Islam, sebagai makhluk yang dihargai, perempuan dilarang keras berpamer-pamer seperti itu. Yang ada justru perintah menjaga dan menutup diri agar terhormat (banyak hadits yang mengutuk perempuan yang memakai baju tipis, ketat atau membuka aurat di depan umum dsb). Tapi, karena perempuan-perempuan muda hidup di kota-kota besar dalam lingkungan kultur global yang sangat westernized, maka “seksi” dan “menarik” tetap menjadi pilihan banyak perempuan muda. Seksi dan menarik adalah ikon-ikon kecantikan sekuler yang selama ini membentuk cara berfikir para wanita muda dan remaja. Maka lihatlah, kita menyaksikan sebuah “spesies baru” generasi perempuan Islam yang “berbusana Muslimah” sangat khas: ketat mencetak badan, lekuk-lekuk tubuh ditonjolkan, perut dan pinggang dipamerkan. Model “busana Muslimah” generasi ini persis seperti disinyalir dalam hadits Nabi: “berpakaian tetapi telanjang!”

Belakangan busana Muslimah kultural juga menjadi sangat populer di kalangan ibu-ibu. Tanpa disadari, di berbagai masyarakat, ibu-ibu memakai busana Muslimah sebagai pakaian formal untuk berbagai acara: pertemuan-pertemuan resmi, perkumpulan, arisan, pertemuan PKK dan Darma Wanita, acara sosial kemasyarakat, acara keagamaan, bahkan untuk tampil dalam panggung kesenian dan berjoget dangdut dalam acara Agustusan. Inilah kerudung gaul ibu-ibu!! Begitu populernya, sering ibu-ibu merasa malu dan tidak percaya diri bila tidak mengenakan kerudung dalam acara-acar diluar rumah karena mayoritas lingkungannya memakainya. Dalam berbagai acara seperti rapat, pelatihan, pertemuan resmi dan tidak resmi, sungguh unik dan menarik, kerudung sudah menjadi “the unwritten agreement” (kesepakatan tidak tertulis). Dalam sebuah acara pelatihan guru-guru se-Kota Cilegon Banten yang dihadiri oleh 150 peserta, pada bulan Oktober yang lalu, penulis mengamati tak seorang pun dari sekitar 150 peserta perempuan yang tidak mengenakan kerudung. Lucu, karena selain suasana seperti pengajian, pelatihan tersebut dibiayai oleh lembaga donor Amerika Serikat yaitu USAID yang di mata masyarakat Indonesia, citra Amerika sangat buruk karena dianggap memusuhi Islam.

Diluar “kerudung kesadaran,” banyak ibu-ibu belakangan ini menganggap bahwa memakai kerudung adalah sebuah bentuk gaul! Dengan demikian, desakralisasi kedurung tidak hanya ditampilkan oleh kalangan remaja yang mencari identitas tetapi juga oleh ibu-ibu gaul!! Kerudung gaul ibu-ibu ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Dipakai bukan atas dasar kesadaran agama melainkan pengaruh lingkungan (tren sosial dan mode), (2) dipakai dalam acara-acara pertemuan tetapi ditanggalkan dalam penampilan sehari-hari. Dalam menghadiri acara-acara resmi atau pertemuan mereka rapih berkerudung, tapi dalam penampilan sehari-harinya kembali seadanya bahkan seksi, (3) tanpa ruh dan sakralitas karena mereka juga memakainya untuk berjoget dalam acara-acara kesenian dan panggung hiburan di lingkungannya (masyarakat, sekolah dan tempat kerja). Media massa menyumbang pengaruh besar dalam pembentukan kultur kerudung gaul ini melalui acara-acara busana dan penampilan para artis. Pengaruh media pada pembentukan kultur kerudung gaul ini adalah yang diekspos media lebih pada penampilan lahiriahnya yaitu mode dan kecantikan, bukan sentuhan kesadaran untuk menutup aurat sebagai sebuah kesadaran beragama.

Kerudung Penutup Aib
Yang unik belakangan ini muncul adalah fenomena kerudung penutup aib. Ini digunakan misalnya oleh para artis yang tersandung masalah hukum dan koruptor perempuan yang tertangkap. Luna Maya, Linde Dee, Nunun dsb tiba-tiba berkerudung di muka umum untuk menutupi wajahnya dari sorotan kamera wartawan. Untuk kasus ini kerudung sebagai kain lebar paling efektif untuk menutup wajah dari rasa malu tatapan masyarakat. Setelah kasus yang menimpa dirinya selesai atau sudah berada dipenjara kerudung ini akan ditanggalkan lagi. Tentu saja, dari semua jenis kerudung, yang terakhir ini yang tidak bermakna apa-apa.[]

28 thoughts on “Sosiologis Historis Kerudung Indonesia

  1. caca

    wah fenomena bgt pak,,,,sayang saya baru baca nie.kapan buat fenomena spt ini lagi ???

  2. Evin

    yah……..mau gimana lagi ya kang… abis gitu seh….. kalau memang tdk ada ksdran prempuan tuk menutup auratnya hanya berdasrkan tren ato mode belaka, itu adalah pilihan kan ada yang bilang hidup adalah pilihan. perempuan itu bagi saya kalau memang ingin dihormati ya sopan dikt lah…. bahkan kta dosen khadist sya perempuan spt itu SETENGAH HALAL DIPERKOSA LHO…….. ih…….. miris juga ya. .dengar pernyataan seperti ini wallohu a’lam bishawab

  3. Sebuah proses bertahap yang harus senantiasa di “awasi” dan jangan dibiarkan “jalan” sendiri sehingga menjadi nilai yang dipegang kuat [tanpa kritisi] dan dibenarkan karena bersyariat tidaklah atas dasar suka atau tidak suka…

    Sekedar pendapat pribadi dan topik yang menjadi keprihatinan pribadi. Terima kasih atas tulisannya dan salam silaturrahim 🙂

  4. achmad s

    “gaul” kalo syar’ie tdk apa2, yang bahaya berkerudung tapi masih “tampak terbuka”.
    bukan mebudayakan kerudung tetapi mengkerudungkan budaya,
    ya….ayo semangat berdakwah dan saling mengingatkan, pak dan rekan2

  5. dew-dew

    Assalamu’alaikum…
    Mampir ke sini dari google. 🙂
    Iya, saya selaku ibu2 suka prihatin dg fenomena “kerudung gaul”. Katanya pake kerudung tapi kerudung-mini yg tidak menutupi dada dan belum lagi masih pakai baju yg ketat.

    Dlm hal ini peran para ibu besar sekali dalam memberi contoh konkrit kepada putri2 muslimah ya, Pak… masalahnya para ibu kadang sibuk dg karir dsb… sehingga tdk bisa mengawasi putri2 secara maksimal.
    prihatin jadinya.

    Kalau menurut saya jalan keluar utamanya ya gimana agar para wanita, khususnya para ibu, kembali ke rumah, menjadi ibu sejati pengasuh anak agar generasi mendatang gak makin rusak. Kalau soal membantu ekonomi keluarga, masih bisa lah dilakukan dari rumah sambil ngurus anak-anak. saya, contohnya, dari bisnis pakaian jadi di rumah sambil ngurus anak-anak… masih sempat dengerin mereka curhat sepulang sekolah, bisa kok beli swift baru, hehehe.
    Ini bukan mau nyombong lho… saya hanya ingin menginspirasi para ibu agar kembali ke rumah. 🙂
    Makasih, Pak.
    Wassalam.

  6. Assalamualaikum…
    Turut Prihatin Ja… Dgn Fenomena yg da… SEmoga bisa pada sadar…
    Walau Qta Ngomong byk … Tetep ga kan mempan klo para remaja ga sadar sedari hatinya
    Tinggal Nunggu Teguran dari Allah SWT…
    Semoga dikasih kesadaran dan memahama yang cukup…
    Amien…

    Wassalamualaikum

  7. agi nurbaut

    buat yang pk krudung ikut2an coba deh pahami arti hakikat berkerudung simak alquran dan pahami

  8. Elinda Elvarina

    assalamualaikum wr.wb

    wah ini baru pertama kalinya saya baca tulisan bapak. saya siswa SMA kelas 3 yang ingin pakai kerudung tapi tidak kacangan yang seperti sekarang.saya pingin pakai kerudung seperti orang-orang di timur tengah yang kerudungnya gede-gede. tapi saya masih bertanya tanya apa gak terlihat aneh kalau di pakai di indonesia?

    wassalamualaikum wr.wb

  9. unnamed

    Maksud Elinda ntuh Cadar ?
    Bukan aneh, tapi mungkin bakalan disangka dari timur tengah terus diajak ngomong bahasa arab ! 🙂
    Tapi saya sering kok ngeliat perempuan pake cadar, dan biasa-nya bini-nya Habib2 !
    Dan saya sama sekali nggak aneh ngeliatnya soalnya sodara banyak nyang make !
    Hehehehe,,,
    Maap mas moeflich dan mba’ Elinda saya songong2an ngejawab ! 🙂

  10. mujienar

    Saya paling sedih dari dulu kalau ngliat wanita pake kerudung tapi tingkahnya sangat tidak senonoh dijalan, aduh tolong dong pahami n resapi hakekat aurat wanita. Apakah Allah tidak murka melihat tingkah anak manusia kayak begini? untung masih ada para ulama yg senantiasa berdzikir, bertasbih, istighfar yang dapat meredam murka Allah, wassalam

  11. ‎”Siapakah wanita yang melepaskan pakaiannya (menampakkan auratnya) bukan di rumahnya sendiri,maka Alloh akan merobek tirai kehormatannya (tidak ada penyelamat baginya).”
    ( HR.Ahmad ,At – Tabrani dan Al – Hakim )

    ‎” Ada dua golongan dari ahli nereka yg siksanya belum pernah saya lihat sebelumnya
    ( 1 ).kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang di gunakan memukul org ( ialah penguasa ygang dzalim )
    ( 2 ).Wanita yang berpakaian tapi telanjang,yang …selalu maksiat dan menarik orang lain untuk berbuat maksiat.
    Rambutnya sebesar punuk unta.
    Mereka tidak masuk surga,bahkan tidak akan mencium wanginya, padahal bau surga itu tercium sejauh perjalanan yg amat panjang.
    ( HR. Muslim )
    “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri – istrimu, anak- anak perempuanmu dan istri- istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian… itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.”
    ( QS. Al Ahzab : 59 )

  12. I ran into this page on accident, surprisingly, this is a great website. The site owner has done a great job writing/collecting articles to post, the info here is really and helpful when i do research. You just secured yourself a guarenteed reader.

  13. This is such an awesome resource that you are offering and also you give it away for free. I like seeing websites that perceive the worth of providing a top quality resource for free. Nice work!

  14. kambing

    knp lah bodoh sgt korg nieyh ?!! Jgn memalu kan kaum melayu !! insaf2 lh diri 2 ! pakai tudung tp dok tayang2 !

  15. Pingback: Anti Galau

  16. Pingback: jogos

  17. Dulu saya pernah menulis mengenai hal nie.. tapi time tu x cukup
    maklumat… artikel nie benar2 menjelaskan isu mengenai hal nie..
    terima kasih atas penulisan awak…

Leave a comment