Membawa Bule Ke Zawiyah

Menyaksikan bule ada di kota-kota besar, di tempat hiburan, di kantor-kantor mewah, di ruang seminar atau di kampus, apalagi di tempat-tempat rekreasi adalah biasa, adalah tidak aneh. Tapi bule ada di zawiyah, tempat dzikir kelompok tarekat, ini baru istimewa. Pada Januari 2006, serombongan bule Australia bekunjung ke beberapa kota besar di Indonesia untuk melihat kehidupan kaum Muslimin dari dekat. Saya diminta oleh Bung Yudi Latif, Deputi Rektor Universitas Paramadina Jakarta, untuk mengantar mereka muter-muter Bandung selama 2 hari. Mereka menginap di Darut Tauhid. Saya bawa mereka ke Masjid Salman ITB, Gedung Sate, Gedung Merdeka, Tangkuban Parahu. Terus…. kemana lagi ya? Naah… I’ve got the idea. Saya sering tandang ke Zawiyah Tarekat Tijaniyah di Garut yang unik. Saya kontak Syekh Zawiyahnya, Dr. KH. Ikyan Badruzzaman. Jadilah saya “abringkan” mereka ke sana. Rada aneh karena ini pemandangan jarang. Pasukan zawiyah sendiri kaget dan aneh ada bule-bule ke markas mereka. Disangkanya, mereka adalah agen-agen Amerika yang akan membom zawiyah. Dugaan ini wajar karena Amerika sudah banyak menjatuhkan bomnya di masyarakat Muslim di Baghdad, Irak. Para tamu asing itu antusias bertanya banyak hal tentang Tijaniyah dan zawiyah. Terjadi dialog yang dipenuhi canda ria antara mereka dengan pasukan dzikir itu. Yang nyambungnya dengan zawiyah tentu karena mereka bule-bule Muslim. Mereka sangat menikmati kunjungannya ke zawiyah yang unik itu. Mereka adalah Rowan Gould, Brynna Rafferty (Islamic Council of Australia), Marwa Khallaf (State Goverment Offices), Maha Sukkar (Victoria Police) dan Irfan Yusuf (Sydney Lawyer).[]a

a