Andaikan Aku Jadi SBY, Gayus, Ariel, Aa Gym dan Zainuddin MZ

Moeflich Hasbullah

a

Andaikan saya SBY

Soal pemberantasan korupsi:

“Saya menyadari persoalan korupsi ini sangat berat karena berlangsung secara sistemik yang melibatkan berbagai lembaga negara, departemen dan individu-individu para pejabat negeri ini sejak lama. Oleh karena itu, saya membutuhkan dorongan terus-menerus agar saya lebih kuat, agar semua ini menjadi langkah bersama semua unsur bangsa.

Saya pun perlu diyakinkan, dikuatkan dan membutuhkan dukungan bila pemberantasan koruspsi ini ternyata berakibat meruntuhkan sendi-sendi perekonomian bangsa karena melibatkan lembaga-lembaga negara, orang-orang penting petinggi negeri dan perusahaan-perusahaan besar yang berperan menjadi mitra pemerintah membangun ekonomi bangsa. Saya perlu dukungan bahwa itu tidak menjadi masalah dan kita semua siap menghadapinya.

Jadi, please, saya minta, jangan terlalu menonjolkan kritik pada saya tapi perkuatlah dorongan agar saya mampu bertindak tegas dalam pemberantasan korupsi yang sudah parah di negeri ini. Keinginan saya tentu saja kuat untuk melakukan langka-langkah tegas dan pamungkas, tapi situasi politik dan stabilitas kehidupan ekonomi  membuat saya harus bertindak hati-hati sehingga sering membuat saya seperti kurang tegas. Saya butuh dukungan moril dari semua pihak agar saya bisa lebih tegas lagi. Bila dorongan dan dukungan yang kuat secara nasional masih juga tidak menggerakkan saya untuk bertindak lebih tegas, dan saya gagal dalam progam besar pemberantasan korupsi ini, maka saya nyatakan, saya siap mundur sebagai presiden. Sebagai seorang perwira, saya harus berani dan siap menerima konsekuesi-konsekuensi dari ketidakmampuan saya.”

Soal kebohongan publik:

“Saya mengucapkan terima kasih pada tokoh-tokoh lintas agama yang telah menyampaikan kritiknya pada saya dan berani mengatakan apa yang saya ucapkan sebagai kebohongan-kebohongan publik pada rakyat Indonesia. Saya sebenarnya memiliki pemahaman, memiliki data dan ukuran-ukuran sendiri untuk mengatakan bahwa apa yang saya sampaikan adalah benar. Tetapi, saya rasa, itu tidak perlu. Kritik kaum agamawan adalah teguran keras pada saya agar, sebagai pemimpin, saya bekerja lebih keras lagi. Saya menerima sepenuhnya kritik-kritik itu. Semua itu saya anggap sebagai energi dan suntikan darah segar bagi saya untuk segera melakukan introspeksi.

Saya sangat membaca apa yang disuarakan kaum agawan tidak didasarkan atas kebencian pada saya, tapi justru sebagai perhatian dan rasa sayang agar saya selamat di dunia dan di akhirat sebagai pemimpin sebuah bangsa besar bernama Indonesia.

Saya sangat menghargai Anda semua, juga pada siapa saja yang berani menyampaikan kritik dan teguran atas kekurangan-kekurangan kerja saya. Tidak pernah selama ini pemimpin-pemimpin agama di negeri ini secara bersama-sama berani secara terbuka dan langsung menyampaikan teguran keras dan koreksi kesalahan-kesalahan presidennya. Jadi, ini adalah kemajuan luar biasa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Semua teguran itu akan saya jadikan pelecut kerja saya ke depan. 12 Instruksi Presiden itu adalah butki bahwa saya bersunguh-sungguh. Saya terus terang bangga memiliki tokoh-tokoh agama yang memiliki kepedulian besar seperti di Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada mereka. Tanpa teguran itu, saya tidak akan memiliki energi sebesar ini sekarang.”

Soal keluhan gaji:

“Soal kenaikan gaji, terus terang saya khilaf. Saya bener-bener mohon maaf yang sebesar-besarnya pada seluruh rakyat Indonesia. Saya jadi terkesan cengeng dan tak tahu diri. Saya jadi malu membayangkan ucapan itu. Saya sadar, masih jutaan rakyat miskin di negeri ini sehingga tidak etis saya mengeluhkan itu. Saya yakin bangsa Indonesia adalah pemaaf dan mau memaafkan presidennya. Semua manusia ada kekurangan, demikian pula saya. Tidak ada kata lain, bagi kekhilafan saya itu kecuali maaf … maaf … dan maaf. Terima kasih atas reaksi keras dan seluruh kritik mengenai pernyataan saya itu. Saya akan berusaha tidak akan lagi mengeluarkan pernyataan yang tampak tidak patut diucapkan oleh seorang pemimpin negara.”a

Andaikan saya Gayus Tambunan

“Terus terang, saya selama ini telah gelap, tidak peduli salah dan benar. Saya telah menghalalkan segala cara untuk memperkaya diri saya. Awalnya, sebenarnya saya tidak meniatkan semua ini, tapi ketika saya masuk di departemen tempat saya bekerja, saya menemukan banyak sekali kesempatan untuk meraih kekayaan yang berlimpah. Hal ini ditambah dengan kemampuan kerja saya yang tidak bisa dilakukan banyak orang. Saya memiliki kemampuan merekayasa aturan-aturan untuk mendapat keuntungan yang sangat besar.

Kesempatan saya ini, dimuluskan oleh suasana di lingkungan tempat kerja saya, oleh atasan-atasan saya sendiri, oleh para pejabat negeri ini dan para pengusaha yang semuanya bekerja sama mereguk keuntungan-keuntungan pribadi. Para pejabat menginginkan cepat kaya, para pengusaha mengejar keuntungan yang besar melalui bayar pajak yang sekecil-kecilnya.

Melaui penjelasan ini, tahulah Anda semua, bahwa saya tidak sendiri di negeri ini. Saya hanyalah bagian kecil dari sebuah sistem yang rusak. Saya hanyalah sebuah sekrup dari sebuah mesin. Saya sendiri mengaku salah dan siap diproses hukum sesuai undang-undang yang berlaku, Tapi, saya pun minta keadilan, tolong agar semua orang yang terlibat dalam kasus saya, siapapun dia dan setinggi apapun jabatannya juga diproses sama seperti saya. Saya minta mereka semua diproses hukum sesuai peran dan kejahatannya masing-masing yang telah membuat rusak negeri ini.

Bila perlu, bila negara siap menjamin keamanan saya, saya siap menebus dosa-dosa saya dengan total membantu kepolisian, KPK dan kejaksaan untuk membongkar kejahatan terselubung yang sudah sistemik demi menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Saya tahu celah-celah yang harus dimasuki dan dibereskan. Bila, kelak saya dianggap sangat berjasa, peran saya dianggap sangat menentukan, dan membuat Indonesia menjadi bersih, mencapai prestasi pemberantasan korupsi yang belum pernah dicapai selama ini, saya akan sangat bersyukur bila bangsa ini memaafkan kesalahan saya dan saya dibebaskan dari penjara dan saya pun berjanji tidak akan pernah melakukannya lagi.”

a

Andiakan saya Ariel

“Saya ini hanya manusia biasa yang banyak kekurangan dan kelemahan. Sebagai penyanyi, saya berada dalam lingkungan pergaulan artis yang bebas dan rusak. Saya tidak mendapat pendidikan agama yang cukup sejak kecil di keluarga. Sebagai artis, lingkungan pergaulan saya permisif, tidak mengenal norma agama. Ini yang membuat saya bejat seperti ini. Tapi, saya menyadari, penyebab utamanya tetaplah diri saya sendiri: saya lupa diri. Itulah yang paling saya rasakan. Saya berada di puncak sukses sebagai seniman tapi lupa pada Tuhan yang memberi semua ini. Kesuksesan, usia muda dan wajah saya yang kata orang oke, pujian dan sanjungan, semuanya membuat saya benar-benar lupa diri.

Sebagai anak band dalam dunia hiburan yang bebas, apalagi terbilang sukses sangat mudah untuk menaklukan perempuan di kalangan artis.  Sebuah kebanggaan menaklukan perempuan-perempuan cantik kelas atas apalagi bisa sampai menidurinya. Saya mengumbar nafsu birahi selama ini, dan anehnya mereka mau. Puluhan artis cantik telah saya tiduri. Tapi, setelah akibatnya saya rasakan kini, saya sadar, itu hanyalah kegelapan. Saya menyadari semuanya sekarang. Saya pun jadi berfikir apa arti sukses kalau ternyata seperti ini. Ternyata, kesuksesan yang melupakan Tuhan dan ajaran agama, justru adalah pintu gerbang menuju kehancuran, menuju penderitaan panjang seperti yang saya rasakan sekarang.

Betapa malunya saya sekarang dan betapa beratnya beban yang saya rasakan. Bayangkan, hubungan seksual saya di atas ranjang terbuka secara publik, jutaan orang termasuk anak-anak sekolah menonton aurat saya dan adegan seksual saya dengan jelas. Beberapa perempuan yang saya tiduri itu, sebagai istri orang lagi. Saya sebenarnya ingin bunuh diri. Tak tahan dengan semua rasa malu ini. Tapi, saya berusaha menguat-nguatkan diri karena bingung. Tidak ada yang berusaha menyadarkan saya dengan cara yang simpatik agar hati saya terbuka menyadari diri. Semua orang hanya menghujat atau mendukung saya dan itu tidak membantu saya sedikitpun. Harap tahu, yang menyalahkan hanya menyudutkan saya, dan yang membela yaitu para mendukung dan fans saya hanya menjerumuskan saya untuk tidak menyadari bahwa saya telah melakukan perbuatan keji. Saya tidak pantas  lagi disanjung. Gobloknya para ABG itu, mereka tetap saja mencintai saya. Rasanya, saya ingin menampar para orang tuanya yang tidak mendidik anak-anaknya dengan benar, anak-anak itu tetap saja mengidolakan orang yang kotor seperti saya ini.

Sekarang saya benar-benar bertobat. Saya ingin berubah dan akan lebih dekat yang di atas, pada Tuhan. Saya malu dengan nama saya, Nazriel Ilham, begitu Islaminya orang tua memberi nama. Tapi, saya khianati nama itu dan kedua orang tua saya. Sebagai bukti pertaubatan saya, saya nyatakan bahwa saya mengakui semua perbuatan dalam video itu. Orang itu adalah saya sendiri. Saya selama ini tidak mengakui karena saya serba salah, mengaku dihukum, tidak pun sama. Tapi, kini saya sadar, langkah itu salah, menutup-nutupi ternyata tidak ada gunanya, hanya memperpanjang penderitaan batin saya. Hukuman sosial berupa rasa malu yang amat sangat, hujatan dan karir saya yang anjlok, saya sudah terima semuanya. Saya rasakan sebagai halilintar yang menyambar dan membangunkan kesadaran saya.

Sebagai bukti keseriusan saya ingin berubah, saya siap dihukum sesuai UU yang berlaku. Saya tidak perlu lagi pembela dan pengacara. Pembela hanya berusaha meringankan hukuman saya di dunia, tapi tidak di akhirat kelak. Sudahlah, temen-temen wartawan please jauhi saya, saya sangat lelah menjalani semuanya apalagi proses persidangan. Hasilnya hanya membuat saya lebih cape. Sekarang, izinkan saya menyendiri, beri kesempatan saya untuk banyak merenung. Mudah-mudahan keikhlasan saya menerima akibat perbuatan saya di dunia ini, meringankan hukuman saya di akhirat kelak! Itu saja yang saya harapkan sekarang.”a

Andaikan saya Aa Gym

“Kaum Muslimin yang terhormat, khususnya mereka yang pernah menjadi jama’ah pengajian dan mengidolakan Aa, Aa kini sadar ternyata Aa bukan siapa-siapa. Aa ternyata tidak lain hanyalah sesosok makhluk yang banyak kelemahan dan kekurangan. Perceraian Aa dengan Teh Ninih pasti mengejutkan semua pihak untuk yang kedua kalinya setelah kejutan Aa berpoligami. Aa yakin, mungkin tak terbayangkan bahwa Aa akan melakukan langkah-langkah yang sepertinya bertentangan dengan semua yang pernah Aa ceramahkah tentang keluarga sakinah dengan konsep manajemen qalbu.

Aa menyadari, pernikahan Aa dengan Teh Rini, istri kedua Aa, menimbulkan gelombang protes dan ketidaksukaan yang luar biasa pada Aa. Aa kini ingin berterus terang, manajemen qalbu ternyata bukanlah hal yang mudah. Salahnya Aa, Aa merasa selama ini sudah bisa memenej qalbu Aa sendiri, tapi ternyata sulit. Terus terang, kini Aa menyadari, karena yang selama ini Aa ceramahkan adalah hal-hal sulit bagi hati, semakin banyak Aa memberikan nasehat tentang mengelola qalbu, semakin besar cobaan Allah pada Aa. Dan ternyata, Aa merasa tak lulus dengan ujian-ujian itu.

Kesalahan Aa juga, Aa menyadari telah terbuai dengan julukan da’i populer, public figur dan selebritisme yang menyanjung-nyanjung Aa. Jama’ah Aa di seluruh Indonesia menyukai Aa sebagiannya mungkin karena nasehat-nasehat Aa. Tapi, Aa sadari sebenarnya nasehat-nasehat manajemen qalbu Aa tidak masuk ke dalam hati mereka dan merubah hidupnya. Kesukaan pada Aa bukan faktor daya rubahnya ceramah Aa tapi lebih pada popularitas Aa sebagai da’i populer, pada sosok Aa-nya sebagai mubaligh. Tanpa sadar, Aa pun terjebak oleh popularitas, Aa seneng berfoto-foto ria, melayani berfoto-foto dengan jama’ah. Dipikir-pikir sekarang, Aa kok seperti artis, padahal Aa sering keceplosan mengatakan bahwa Aa adalah ulama. Betapa naifnya semua ini, bila dihubungkan dengan tema-tema manajemen qalbu yang sering Aa nasehatkan pada kaum Muslimin.

Derita hati Aa kini sungguh sangat pilu. Aa melakukan dua hal yang, setelah dipikir-pikir sekarang,  sebenarnya bertentangan dengan hati Aa sendiri: melakukan poligami pada saat qalbu Aa belum benar-benar mantap, dan menceraikan Teh Ninih, istri yang telah mendampingi Aa berjuang mendirikan dan mengembangkan Darut Tauhid. Kelemahan diri Aa ini yang sangat menyadarkan Aa. Maaf ya Aa menangis. Aa menyadari semuanya …

Dari seluruh kejadian ini, Aa mengambil ibrah. Buat diri Aa, Aa sadar ternyata masih banyak kekurangan. Puja-puji yang mengidolakan Aa selama ini hanya racun berbisa. Yang berhak dipuji hanyalah Allah SWT dan paling berhak diidolakan hanyalah Nabi Muhammad SAW. Kini Aa “runtuh” tapi Aa sadar atas semua ini. Aa berhak menerima ini semua baik sebagai kasih sayang Allah menegur Aa. Allah SWT tak terbatas kasih sayang-Nya pada Aa. Buat kaum Muslimin, khususnya buat kaum Muslimah dan ibu-ibu, jangan lagi menyukai seorang karena orangnya, karena popularitas dan kata-katanya, tapi lihatlah apa yang dilakukan dan dicontohkannya. Kasus pada Aa, jadikanlah pelajaran. Hanya Rasulullah SAW yang patut menjadi idola dan contoh kita semua.

Kaum Muslimin, Aa kini sedang menjalani pertaubatan dengan berhenti, minimal untuk sementara, dari kegiatan berceramah dan menasehati orang. Aa malu. Aa akan banyak introspeksi dulu. Aa tidak tahu ke depan, apakah akan melanjutkan berceramah lagi atau tidak. Yang jelas, program Aa sekarang adalah instrospeksi, introspeksi dan introspeksi. Fokus pada diri sendiri. Maklumilah bila Aa menghilang dari peredaran. Sebenarnya yang meminta ceramah masih banyak, dan jadwal juga masih padat, tapi Aa akan fokus dulu pada penyadaran dan perubahan diri. Aa malu, selama ini terlalu banyak menasehati orang, sementara Aa jarang menerima nasehat dari orang lain. Popularitas Aa mungkin menjadi penghalang orang berani memberikan nasehat pada Aa. Itulah, popularitas adalah racun yang berbahaya.  Saling menasehati seharusnya berjalan seimbang antar semua orang. Aa ini bukan Nabi, tapi perlakuan pada Aa, dan salahnya Aa sendiri, saling menasehati itu menjadi hanya berjalan searah. Aa menasehati aja terus, sementara orang menasehati Aa jarang. Kini segalanya Aa serahkan pada Allah SWT. Aa bersyukur telah disadarkan tentang diri Aa, bahwa Aa bukanlah siapa-siapa! Aa kini sedang belajar untuk lebih banyak mendengar dan menerima nasehat daripada memberikan nasehat-nasehat yang Aa sendiri ternyata belum sanggup melaksanakannya.”a

Andaikan saya Zainuddin MZ

“Saudara-saudara kaum Muslimin, menjadi mubalig ternyata memang berat. Saya mengalami beberapa kali ujian yang saya rasakan tidak lulus. Pertama, saya tergoda memasuki jalur politik dengan menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBR). Banyak yang mengatakan seharusnya ulama tidak terjun ke politik. Tugas ulama itu membina umat. Tapi, saya termasuk yang berpendirian justru ulama harus berpolitik agar dunia politik tidak melulu diisi oleh para bajingan.

Pada prakteknya, terus terang tidak mudah. Saya terjebak oleh ucapan saya sendiri. Umat jadi terpecah dan melihat saya sebagai orang partai. Pesan-pesan agama yang saya sampaikan kemudian dipandang secara politik. Saya menjadi tidak diterima oleh semua golongan. Jalur politik membuat saya menjadi seorang partisan, bukan ulama yang berdiri di atas semua golongan. Tapi, yang paling saya rasakan, keberadaan saya sebagai ulama di dunia politik tidak banyak manfaatnya, tidak banyak orang sadar dan berubah karena keberadaan saya. Politik memang bebal. Orang tetap saja memperjuangkan kepentingan kelompok dan partainya.

Badai yang kedua, soal pernikahan diam-diam saya dengan Aida Saskia. Dalam kasus ini saya pun bertindak salah untuk kedua kalinya. Awalnya, bisa dibayangkan, saya yang sudah terbuai oleh popularitas sebagai ulama tiba-tiba harus menghadapi isu selingkuh. Ini benar-benar menghancurkan saya. Karena ini jelas merusak citra saya sebagai ulama, tentu saya berusaha menolaknya, saya bantah semua tuduhan, bahkan saya balik menuduh bahwa ini adalah konspirasi yang berusaha akan menjatuhkan saya.

Sekarang, saya menyadari semua reaksi saya itu salah. Saya merasa kekanak-kanakan. Citra, popularitas dan ingin bercitra bersih telah menggelapkan saya untuk menolak semua kenyataan. Saya lupa bahwa saya hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangan. Sebenarnya, di belakang pembelaan-pembelaan itu, dalam hati saya satu saja: malu. Hanya itu.

Kini, saya sudah menyadari semuanya dan saya ingin mengatakan dari lubuk hati saya yang paling dalam. Saya ini manusia biasa yang tak terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Saya sadar, saya pernah berbuat begitu naif. Saya tergoda oleh perempuan. Saya diuji oleh Allah SWT saat saya menikmati sebutan da’i sejuta umat. Sebutan yang sebenarnya tidak layak saya nikmati yang telah membuat saya terbuai. Walaupun saya menikahinya, tapi saya sadar, tetap itu tidak patut saya lakukan. Pertama, dengan cara diam-diam itu tidak mencontohkan berkeluarga sakinah. Kedua, karena orang telah memandang saya sebagai ulama dan mubalig. Apa yang saya lakukan menjadi bertentangan apa-apa yang saya nasehatkan dalam ceramah-ceramah saya. Saya mohon maaf dengan tulus atas semua kekhilafan itu.

Sudah cacat begini, saya tidak tahu harus bagaimana. Saya tahu, banyak orang telah menghujat saya dengan kata-kata yang sangat kasar. Apa yang saya lakukan dipandang tidak mencerminkan sebagai ulama. Ada yang bilang, kini mereka kehilangan panutan umat. Semua panutan yang dicintainya ternyata berbuat tidak patut. Saya kini merasa tidak pantas sebagai panutan. Semua akibat ini layak saya terima. Saya ini makhluk yang lemah. Saya pantas menerima hujatan-hujatan itu sebagai akibat dari kesalahan saya. Ini pelajaran penting bagi saya untuk berubah lebih baik ke depan. Fokus saya sekarang adalah introspeksi diri. Kasus dengan Aida Saskia adalah teguran penting dari Allah untuk memperbaiki diri. Saya membutuhkan banyak nasehat karena saya merasa banyak kekurangan. Saya menyadari, untuk benar-benar menjadi hamba Allah yang muttaqien, ilmu agama saja belum cukup, tapi akhlak yang mulia itulah yang lebih penting. Sekali lagi, mohon maaf pada semuanya.[]

4 thoughts on “Andaikan Aku Jadi SBY, Gayus, Ariel, Aa Gym dan Zainuddin MZ

  1. agspria

    sudut pandang yang positif.sebaiknya mereka membacanya langsung.terima kasih

  2. john kastuari

    Benar benar mantap…!!!
    Salut sama idenya luar biasa menyentuh kita akan kelemahan sebagai manusia…

  3. muhammad marsani ma'ruf [M3]

    sehebat apapun manusia hanyalah seorang MAKHLUK’ yg pasti bnyk kekurangannya. Hanya ALLAH SWT YANG MAHA SEMPURNA. semua kisah tentang org penting/sukses ITU, patutlah qt ambil hikmahnya. agar qt semakin sadar bahwa qt hanya manusia biasa yg jk aib qt di tampakkan-NYA mk tk pantaslah qt berkata AKU ADALAH AKU…apalagi berharap syurga-NYA. WALLAHU A’LAM.

  4. Pingback: soal um ugm

Leave a comment